39 Tahun Indonesia Ada di TMII

Pernah mendengar penulis bernama Jules Verne? Jules Verne dikenal dengan imajinasinya yang kala itu dirasa terlampau muluk, antara lain tentang kapal selam, tentang misteri perairan dunia dan sebagainya. Ternyata khayalan Jules Verne itu tidak sepenuhnya ngawur. Tentang kapal selam misalnya, meski saat itu mustahil, suatu saat manusia pasti akan punya keinginan kuat untuk melihat apa yang ada didalam air. Salah satu bukunya yang sangat terkenal dan sudah difilmkan adalah Around The World in Eighty Days.

taman mini indonesia indah

Ya, jika ada orang yang punya keinginan untuk mengitari dunia dalam 80 hari, keinginan untuk mengelilingi Indonesia hanya dalam sehari bukanlah sesuatu yang mengada-ada.

Di era media sosial sekarang ini, bertukar foto kala senja di berbagai wilayah Indonesia sangatlah mudah dan cepat. Dari situ kita bisa melihat indahnya Ambon, Selayar, Kuta, Pangandaran, Padang, hingga Sabang dengan langit yang kemerahan. Tapi bagaimana jika tidak hanya foto melainkan seluruh Indonesia diletakkan dalam satu tempat dan bisa kita kunjungi dalam satu hari?

Menyatukan keragaman adat dan budaya negara seluas 5.193.250 km2 kedalam satu lokasi tentu tak mudah. Setelah memakan waktu 3 tahun untuk pembangunannya, TMII atau Taman Mini Indonesia Indah diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Dengan berbagai penyempurnaan berdasarkan perkembangan masing-masing daerah, TMII saat ini memiliki 33 anjungan daerah, 18 museum, 7 rumah ibadah, taman flora dan fauna, serta tak ketinggalan sarana rekreasi.

TMII adalah tujuan wisata paling populer di Indonesia. TMII tidak hanya sekedar menyandang status sebagai tempat untuk bersenang-senang tapi juga memiliki muatan edukasi. Sebagai wisata edukasi, TMII tidak melulu memberikan pengetahuan dengan penyampaian yang membosankan, tetapi lebih kepada visualisasi yang sebelumnya mustahil untuk dilakukan tanpa bepergian keliling Indonesia. Ketika masih sekolah, saya selalu mengharapkan bisa study tour ke TMII. Sayang, hal itu tidak terwujud karena biaya perjalanannya terlalu mahal bagi sebagian besar siswa di sekolah kami. Setelah mampu membiayai sendiri perjalanan itu, barulah saya dan keluarga niatkan untuk datang ke TMII dua tahun lalu. Kami membuat jadwal khusus berkunjung ke TMII dalam perjalanan kami dari Jawa Tengah ke Riau.

Bagi kami, TMII bukan hanya sekumpulan rumah adat, melainkan juga nostalgia ke daerah-daerah yang pernah kami tinggali. Kami berseru girang tiap melihat papan nama daerah-daerah yang pernah kami tinggali. Apalagi waktu itu kami membawa mobil sendiri sehingga puas berkeliling. Meski demikian, tak lengkap rasanya kalau tidak melihat Indonesia dari atas menggunakan kereta gantung.

tmii

Banyak yang datang ke TMII dengan keinginan untuk melihat rumah adat dan budaya daerah lain. Tapi bagi pengunjung yang berasal dari daerah yang jauh di luar Jawa, melihat rumah adat daerahnya sendiri ada di TMII menimbulkan sensasi tersendiri, ada perasaan senang, takjub dan bangga. Benda mati, jika merupakan representasi keunikan hidup kita, akan memberikan kesan yang mendalam.

Karena itu, anjungan favorit kami adalah Riau, tempat kami tinggal untuk waktu yang cukup lama. Kami senang sekali melihat bangunan anjungan Riau persis seperti aslinya, seolah berkata, "Riau ada disini!" Di anjungan Riau ini masyarakat seluruh Indonesia bisa mengenal lebih dekat adat budaya Melayu yang melatarbelakangi sebagian besar kehidupan bangsa. Dari bumi Melayu pulalah bahasa Indonesia berasal.

Tak hanya itu, anjungan Riau juga membantu masyarakat Riau untuk mengenal dirinya lebih baik lagi. Beberapa hari lalu, Gubernur Riau meresmikan museum masyarakat Tionghoa di TMII. Meski ini membuat kami heran, tapi lama-lama kami paham bahwa Riau adalah propinsi yang terbuka, termasuk kepada masyarakat Tionghoa. Bahkan pemerintah daerah mendukung upacara Bakar Tongkang di Bagansiapi-api tiap tahun.

TMII tak hanya mengumpulkan visualisasi adat dan budaya daerah, tapi juga membangun beberapa gedung dengan arsitektur modern tapi tetap unik, misalnya Istana Anak-anak Indonesia yang mirip istana dongeng, Museum Purna Bhakti Pertiwi yang mirip tumpeng, serta tentusaja teater IMAX Keong Mas yang terkenal itu.

TMII juga tidak mau tinggal diam sebagai bangunan-bangunan wisata. Banyak kegiatan digelar disana, baik yang diadakan oleh pengelola TMII sendiri, maupun oleh pihak luar yang menyewa tempat di TMII. Suasana TMII jadi selalu hidup oleh kegiatan kesenian dan komunitas. Jika ingin berkunjung disesuaikan dengan acara budaya yang ada, bisa melihat jadwalnya di www.tamanmini.com. Waktu saya berkunjung ke TMII lalu, beberapa anak usia sekolah dasar sedang berlatih tari untuk suatu kegiatan. Menyenangkan melihat anak-anak kecil sudah menguasai tarian daerah. Bolehlah punya harapan tinggi bahwa budaya Indonesia akan lestari.

shooting di tmii

Pada kunjungan kami tersebut, kami mendapat bonus menyaksikan mengambilan gambar untuk film laga. Jalanan yang bagus dan lebar di TMII menjadi tempat yang cocok untuk direkayasa menjadi jalan raya. Adegannya sangat menenggangkan, kebut-kebutan dan sesekali sengaja bersenggolan. Sayang, kami tidak diperbolehkan mendekat untuk melihat aktor ganteng berwajah indo yang menjadi pemeran utamanya, sehingga kami tidak tahu namanya. Heheheee....

Perjalanan yang sudah saya idamkan sejak kecil itu sayangnya tidak menyisakan banyak dokumentasi. Tahun lalu rumah kami dirampok dan laptop yang berisi foto-foto perjalanan kamipun ikut amblas dan hanya bisa menyelamatkan beberapa foto dari akun twitter saya. Jika ada rejeki, kami akan membuat jadwal khusus lagi ke TMII karena belum semua anjungan dan fasilitas kami datangi.

Post a Comment

5 Comments

  1. Sudah hampir 2 tahun di Bogor, jangankan TMII, Monas aja belum pernah kusamperi. *hiks...

    ReplyDelete
  2. belum ngajak Alvin ke Taman Mini nih mbak

    ReplyDelete
  3. pertama dan terakhir lihat TMII itu 8 taun lalu. ternyata sekarang banyak perubahan ya mak, :)

    ReplyDelete
  4. Taman Mini Indonesia Indah memang luar biasa, tanpa terasa kita memiliki sebuah sarana permainan yang menampilkan hiburan tradisi dan budaya Indonesia, lain dari yang lain di setiap negara ya Mba.

    Salam

    ReplyDelete

Thank you for your comment. It will appear soon.