Penasaran Wedangan Pak Basuki Solo Favorit Jokowi

Ke Solo, ngapain lagi kalau nggak penasaran dengan wedangan Pak Basuki Favorit Pak Jokowi alias Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia.

Lokasi Wedangan Pak Basuki, terlihat jelas dari perempatan jalan.

Ceritanya pengin jalan-jalan kayak orang-orang yang mudik itu tapi nggak bisa jauh-jauh dari Jogja karena menunggu pengumuman PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) anak-anak. Pilihannya ada dua, yaitu Semarang dan Solo. Karena trauma macet tiga jam di Bawen menuju Semarang musim mudik tahun sebelumnya, akhirnya dipilihlah Solo. Niatnya, berangkat pagi dari Jogja, pulang sore dari Solo dan malam sampai di Jogja.

Tiap merencanakan bepergian keluar kota untuk piknik tapi tidak menginap, kami selalu membagi menjadi dua topik diskusi seru, yaitu obyek wisata dan kuliner.


Bukan lesehan, tapi belum buka. Hiks.

Untuk obyek wisata, kami sempat berdebat tentang Tawangmangu. Jaman kuliah dulu saya pernah kesana dan rasanya tidak terlalu jauh dari Solo. Rasanya sayang kalau sudah ke Solo nggak sekalian ke Tawangmangu. Sementara itu, anak-anak dan bapaknya tidak setuju karena dinilai akan memakan waktu terlalu lama sehingga mengurangi kesempatan untuk keliling kota Solo. Akhirnya saya mengalah dan disepakatilah untuk mengunjungi Museum Sangiran, Keraton, Taman Sriwedari dan Laweyan.

Untuk kuliner, kami selalu mengunjungi rumah makan Kusuma Sari kegemaran anak-anak. Maka dari itu, Kusuma Sari langsung masuk agenda makan siang. Nah, apa nih kuliner khas Jawa Solo yang enak untuk makan sore sebelum balik ke Jogja? 

Baru buka, lihat jamnya. Pak Basuki juga belum tune in. :))

Kami pun googling untuk mencari makanan yang popular di Solo favorit presiden kita, pak Joko Widodo. Eh, langsung nongol foto Jokowi dan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) ketika kampanye untuk pemilihan gubernur DKI. Dalam berita tahun 2012 tersebut, Jokowi mengajak Ahok menikmati wedangan khas Solo, atau yang sering disebut juga hik. Semacam angkringan di Jogja. Wiiih pas banget ini! Kuliner khas Solo favorit presiden.

Untuk menuju kesana kami hanya mengandalkan waze. Kami tidak bertanya pada orang di pinggir jalan karena lalu lintas yang cukup padat akibat musim mudik. Kami juga sempat dipilihkan jalan memutar yang aneh oleh waze. Syukurlah, akhirnya kami sampai juga di Wedangan Pak Basuki, di halaman Lumbung Batik, di daerah Purwosari.

Ke Solo nggak makan sosis Solo? Aiiih...

Perjuangan belum selesai sampai disitu karena wedangannya belum buka. Wkwkwkwkk.... Baiklah, untuk mengisi waktu, kami jalan-jalan berkeliling Lumbung Batik. Lumbung Batik adalah semacam showroom yang terdiri dari beberapa outlet merk batik setempat. Tempat ini tidak begitu luas. Karena kami juga tidak berencana membeli batik disana meskipun batik yang dipajang bagus-bagus, kami selesai berkeliling dalam waktu yang tak terlalu lama. Jadilah kami menunggu buka dengan tiduran di mobil. Heheheee.....

Tepat jam 17.00 wedangan pun buka. Kami langsung mencomoti hidangan meskipun mas-masnya belum selesai menggelar semua makanan. Beda dengan angkringan pada umumnya, makanan disini tampak lebih besar potongannya dan dari bahan-bahan yang terpilih. Tempat ini juga bersih dan cocok bagi mereka yang kurang nyaman duduk lesehan dilantai atau trotoar.

Ronde pertama :))

Jadah bakar adalah yang pertama kali saya ambil karena saya memang suka banget. Jadah disini teksturnya lembut dan warnanya putih bersih. Enak deh! Tentu saja saya tidak mau melewatkan sosis Solo di daerah asalnya hingga nambah dua kali. Sedangkan untuk nasi kucing atau hik, porsinya sedang, dibungkus daun yang bersih. Nasinya juga pulen. Sebenarnya agak aneh sih jam segitu makan berat. Tapi kapan lagi?

Harga-harga di Wedangan Pak Basuki memang diatas angkringan pada umumnya. Tapi lihat dong penampakan hidangannya. Sesuai. Setelah kenyang, puas dan membayar, kami pulang ke Jogja.
Kalau dipikir, seharusnya kami tidak perlu melewati rute aneh menuju ke Wedangan Pak Basuki dan tidak perlu manyun lama menunggu buka jika semua informasi tersebut bisa kita dapatkan dalam satu tempat.

Gelombang pengunjung mulai datang.

Baru-baru ini saya mengenal OpenSnap, sebuah portal dan aplikasi untuk mendapatkan inspirasi makanan. 

Saya sudah mendownload-nya melalui Playstore. Aplikasi ini untuk memfasilitasi orang yang hobi jajan seperti saya. Saking senangnya saya jajan, hasil jajan tersebut saya dokumentasikan dalam blog khusus, yaitu slowtravelid.blogspot.com. 

Dengan OpenSnap, foto-foto yang saya punyai akan bernilai lebih karena bisa membantu banyak orang untuk menemukan jenis kuliner khas dan informasi penting lainnya, seperti nomor telepon, jam buka atau tutup, jenis makanan dan cara pembayaran. Saya berharap teman-teman juga posting tempat-tempat makan yang teman-teman kunjungi di OpenSnap supaya saya bisa juga mencicipi favorit teman-teman itu.

  
Mas-masnya langsung sibuk memanaskan pesanan lauk. Oya, meskipun kasir di sebelah situ, tapi yang menghitung tetap pak Basuki.

Nggak susah kok, saya juga sedang belajar upload foto di OpenSnap nih tapi nggak fokus karena perhatian teralihkan membuka foto-foto makanan yang sudah ada. Hahahaaa.... Jadi pengin semua.
OpenSnap terus berusaha melengkapi data dan foto restoran se Indonesia. Sementara ini memang tampak masih didominasi kota-kota besar. Maka dari itu, ayo dong upload banyak-banyak supaya makin asik kita merencanakan jalan-jalan kuliner.

Masih belajar menggunakan OpenSnap tapi diganggu foto-foto OpenSnap yang yummy lainnya. :))

Selain kontennya, fitur OpenSnap juga dilengkapi. Fitur baru yang seharusnya saya gunakan waktu mencari Wedangan Pak Basuki adalah Map View. Dengan Map View, selain mencari wedangan tersebut, saya juga bisa melihat tempat-tempat kuliner asik lain disekitarnya. Makin banyak pilihan, kan.
Makin hari, orang makin peduli dengan rencana dan detilnya, tak terkecuali wisata kuliner. Bahasa kerennya sih itinerary. Rute, waktu dan budget harus terencana dengan baik jika tidak mau buang-buang waktu muter-muter mencari lokasinya atau lama menunggu buka. Dan pada akhirnya diharapkan tidak kaget dengan total nota di kasir. Heheee....
Kacang goreng ala jadul ini dibungkus kerucut. Entah mengapa nggak bisa berhentu ngemilnya. Jadi dibawa pulang deh buat sangu di perjalanan. :))

Post a Comment

4 Comments

  1. mak itu satenya enak sekali..dari tadi aku ngelirik satenya....

    ReplyDelete
  2. Rame banged juga ya.. :O Jadi pengen kesana..

    ReplyDelete
  3. Sosiiis soloo, waaahh lap iler siang2
    Eh aku juga ikut ni lomba opensnap, tp nasi bakar

    ReplyDelete
  4. Hehe says klo orang solo cukup sekali saja disini..kpn kesolo lg..ada wedangan endess..

    ReplyDelete

Thank you for your comment. It will appear soon.