Mengenang Padang Sebelum Gempa


Sebelum gempa yang memilukan di Padang 30 September 2009 lalu, saya pernah post di blog lama saya tentang kemungkinan gempa dan tsunami di Padang, melihat letaknya yang berada dipinggir Samudra Indonesia. Dimusim liburan ini, saya memindahkan post tersebut untuk mengenang kesan saya sewaktu mengunjungi Padang sebelum gempa. Setelah gempa, saya belum pernah lagi kesana, namun semoga Padang sudah bangkit kembali.

Padang adalah kota yang diberi berkah berada dipinggir pantai, walaupun ngeri juga ya kalau kena tsunami, apalagi Padang termasuk dalam daftar kota paling beresiko terkena tsunami didunia. Di kota-kota pantai utara Jawa, kebanyakan penduduknya mengggantungkan hidup sebagai nelayan dan menggantungkan hidup dari industri (tekstil, pengolahan ikan, garam bahkan terasi), sehingga kesan kota pantai yang kotor dan bau menjadi sangat umum. Padang tidak demikian. Padang adalah kota yang bersih. Sungai-sungai kota yang bermuara ke laut semuanya bersih. Mata pencaharian sebagai nelayan tidak terlalu dominan karena karateristik pantai selatan yang memang lebih ganas.

PANTAI PADANG

Pantai Padang terbagi 2 area tanpa sengaja. Satu area didominasi gerobak-gerobak pengasong. Di area ini banyak dijumpai gerobak yang menjual telor penyu. Dilindungi atau tidak ya? Kita bisa makan ditempat dengan kursi-kursi plastik seadanya. Rasanya enak dan gurih, tapi teksturnya tetap seperti telor mentah walaupun telah direbus. Waktu kami datang, pantai ini kotor oleh sampah. Namun pedagang sekitar menolak jika itu sampah yang mereka buang. Mereka beralasan sampah datang dari wilayah lain terbawa arus sampai Pantai Padang karena sehari sebelumnya terjadi ombak besar. Agak keselatan sebetulnya ada dok kecil untuk menyeberang ke Pulau Sikuai. Kabarnya resort di Samudra Hindia ini sangat indah. Namun karena malam sebelumnya TV setempat memperingatkan kemungkinan ombak besar, kami tidak berani menyeberang. Apalagi karena pernah menjadi korban gempa Yogya, saya habis-habisan menentang ide untuk menyeberang, takut tsunami. Di area sebelahnya, sudah ditata sangat rapi sehingga penduduk dapat duduk-duduk di tenda-tenda penjual makanan dan minuman sambil menikmati pemandangan pantai. Kebanyakan menjual mie rebus, mie goreng dan rujak. Tempat ini sangat ramai pada saat matahari terbenam, sehingga macet total. Diantara kedua tempat ini ada juga area bermain anak-anak.

PANTAI SITI NURBAYA

Pantai ini kami temukan tanpa sengaja karena tersesat ketika mencari Pantai Air Manis. Letaknya dekat dengan Pantai Padang. Untuk ke pantai ini kita harus menyeberangi sungai melalui Jembatan Siti Nurbaya. Karena letaknya dimuara, didominasi oleh kapal nelayan. Disini juga ada tempat pelalangan ikan namun tidak terlalu besar. Tepat sebelum naik ke jembatan, ada toko oleh-oleh makanan ringan Christine Hakim yang pernah dikunjungi Pak Bondan. Tapi saya tidak membeli oleh-oleh disini. Sepertinya tidak ada hubungan dengan Christine Hakim yang bintang film itu.

PANTAI AIR MANIS

Pantai Air Manis tidak terlalu jauh dari Kota Padang, sekitar 30 menit perjalanan. Namun separuh perjalanan cukup ngeri karena jalannya yang sempit naik turun tajam dan berkelok-kelok. Walaupun dibeberapa tikungan dibantu dengan reflector, namun tidak perlu ragu membunyikan klakson. Untuk rombongan yang menggunakan bis besar, biasanya turun menggunakan ojek karena cukup berbahaya jika turun tetap menggunakan bis besar. Waktu kita sudah sampai diwilayah pantai tapi masih diatas bukit, kita akan mendapati pemandangan yang sungguh menakjubkan, hamparan luas Samudra Hindia dilihat dari ketinggian.

Sesampai dibawah, sebelum mencapai bibir pantai, kita melewati tengah-tengah perkampungan. Walaupun sederhana, perkampungan ini cukup rapi dan bersih. Tiket masuk diminta anak-anak muda. Namun harga tiket reasonable. Bagusnya lagi karena yang bertugas penduduk setempat, maka kebersihan lingkungan terjaga karena penduduk merasa memiliki dan menjaga. Pagi itu saya lihat mereka menyapu pantai didekat rumah atau tempat berdagang masing-masing.

Di Pantai Air Manis kita bisa bermain air. Jika air surut, kita bisa berjalan kaki ke pulau kecil didekatnya. Yang paling menarik disini tentu saja batu Malin Kundang beserta kapalnya. Bentuk batu Malin Kundang sendiri kurang jelas karena terkikis air. Bentuknya bersujud, padahal selama ini yang saya tahu Malin Kundang masuk ke batu bertangkup. Jadi salah ya? Kerepotan juga menjelaskan ke anak-anak legenda itu sungguh-sungguh terjadi atau tidak. Menurut anda bagaimana?

Selain tempa-tempat tersebut diatas, masih sangat banyak yang bisa dikunjungi didalam maupun agak keluar kota. Sayangnya waktu saya terbatas tidak bisa mengunjungi semuanya. Namun jika saya diminta untuk menggambarkan Padang dalam satu kata sebelum gempa adalah: bersih.

Post a Comment

0 Comments