Kawah Sikidang Dieng Dalam Kabut Magis
Tanpa perencanaan dan persiapan, kami cusss ke Dieng. Rute perjalanan Yogyakarta - Dieng bisa teman-teman baca di artikel sebelumnya. Tujuan pertama setiba di Dieng adalah Kawah Sikidang. Kami sampai disana di tengah cuaca mendung dan sesekali gerimis. Sialnya, kami lupa cek apakah membawa payung di mobil atau tidak. Kami pun nekad masuk karena tidak tahu kapan bisa ke Dieng lagi.
Baca juga: 2 Rute Terbaik Jogja - Dieng PP
Sudah bertahun-tahun kami tidak ke Dieng. Di kunjungan terakhir beberapa tahun lalu kami datang kesorean sehingga tidak sempat ke Kawah Sikidang. Karena itulah Kawah Sikidang menjadi prioritas kami awal Mei 2022 lalu.
HARGA TIKET MASUK DAN PARKIR KAWAH SIKIDANG
Memasuki kawasan Dieng, kita akan kena retribusi Rp 10.000,- per orang. Kami lihat beberapa motor lolos tidak membayar retribusi. Memang sulit dikontrol mana yang wisatawan dan mana yang penduduk setempat karena berada di jalan utama, serta menyatu dengan pertokoan dan perkampungan. Mungkin perlu diberikan stiker gratis untuk kendaraan penduduk. Untuk teman-teman wisatawan, janganlah sengaja menghindar karena kegunaan retribusi adalah untuk kemajuan obyek wisata dan kesejahteraan pengelolanya. Yuk kita bayar sesuai dengan peruntukannya agar fasilitas Dieng tambah bagus.
Kawah Sikidang bisa dicari dengan google maps tanpa nyasar. Teman-teman akan melewati jalan sempit sebentar tapi tetap bisa dilewati dengan leluasa. Di waktu hujan akan agak licin dan ada sedikit lumpur di jalan dekat pipa geotermal.
Mobil bebas memilih posisi parkir dengan bayaran sama, yaitu Rp 3.000,-. Waktu itu kami memberikan Rp 5.000,- biar pas saja. Saran kami, dari pintu gerbang masuk agak dalam saja dekat pintu masuk atau tempat istirahat. Meski ramai, nggak perlu takut nggak bisa u-turn jika parkir penuh karena alur kendaraan diatur.
Tiket masuk Kawah Sikidang juga murah banget yaitu Rp 20.000,- per orang. Tiket ini jangan sampai hilang karena bisa untuk masuk kompleks Candi Arjuna secara gratis. Nah, murah kan jadinya?
Baca juga: Mie Ongklok Longkrang Wonosobo
SUASANA KAWAH SIKIDANG
Kami masuk tanpa jaket tebal dan payung. Deg-degan banget sih, takut kedinginan atau kehujanan. Teman-teman harus punya persiapan yang lebih baik, ya. Begitu masuk, suasana langsung mencekam karena kabut cukup tebal sehingga kawah tidak kelihatan dan suara gemuruh terdengar tanpa henti. Teman-teman tidak perlu takut tersesat atau kejeblos kawah karena penunjuk jalan sangat jelas sedangkan jalur pejalan rapi terbuat dari kayu papan.
Jika ada yang sedikit mengganggu pemandangan pas kabut tersibak adalah banyaknya pipa yang melintang. Kawah ini merupakan sumber panas bumi yang sangat bermanfaat. Jadi, kita maklumi saja, ya. Dengan angle foto yang baik, pipa-pipa ini tidak kelihatan kok.
Buat teman-teman yang klaustrofobik atau punya gangguan pernapasan seperti salah satu dari kami, jangan panik ketika terkepung kabut. Beliau sempat panik di awal masuk tapi bisa teratasi sampai akhir jalur kawah. Tipsnya, jangan buru-buru, nikmati saja langkah demi langkah. Ambil napas panjang tiap beberapa meter. Gunakan papan penunjuk tempat istirahat sebagai check point supaya perjalanan tersebut tidak terkesan lama. Pengelola menyediakan beberapa tempat duduk di beberapa tikungan untuk beristirahat. Jangan pernah berpikiran, "Kok nggak sampai-sampai?"
Kami benar-benar terpesona dengan keajaiban alam ini. Kawah yang berbahaya bisa jadi obyek wisata. Dahulu salah satu kawah di Dieng memang pernah menewaskan banyak orang akibat gas beracun. Tapi kawah Sikidang sudah dinyatakan aman dan menjadi obyek wisata yang tiada duanya.
![]() |
Wajib beli. Kentang goreng besar-besar hangat 1 cup Rp 10.000,- |
LABIRIN KIOS-KIOS KAWAH SIKIDANG
Sayangnya, pesona Kawah Sikidang buyar ketika keluar dari kawasan kawah. Adalah labirin kios-kios penjual souvenir, oleh-oleh dan makanan yang berkelok-kelok dan sangat panjang yang menjadi penyebabnya. Beberapa tampak kumuh karena kiosnya kosong dan dicoret-coret orang. Kami sudah tahu tentang hal ini karena sudah banyak keluhan yang tersebar di media sosial. Sayangnya, pengelola seperti tutup mata dan telinga.
Kondisi tersebut benar-benar menyiksa salah satu dari kami yang punya gangguan pernapasan. Kami sempat mengeluh dan seseorang menyahut, "Kalau pingsan, telpon saja no hp yang ditulis di pintu darurat! Nanti gemboknya dibuka dan dipanggilkan ambulance!"
Duh, tentu saja itu bukan solusi yang diharapkan. Begitu banyaknya keluhan, masa solusinya menunggu yang pingsan? Jika pengelolaan kawasan di dalam kawah Sikidang bisa sebaik itu, mengapa pengelolaan di pusat souvenirnya bisa tidak peduli seperti itu? Apakah pengelola di dalam dan di luar kawah berbeda?
Jika di dalam kawah bisa disediakan bangku-bangku istirahat untuk pengunjung, mengapa di pusat souvenir tidak bisa jika seandainya stake holder ngotot harus mempertahankan para pedagangnya? Kami paham, obyek wisata harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat sekitarnya. Semua itu bisa dikompromikan kok, asal mau cari solusi. Toh sudah sangat berhasil di dalam kawah, seharusnya bisa juga di luar kawah.
Sayang banget lo karena yang akan diingat orang adalah peristiwa yang paling akhir. Yang bagus-bagus sebelumnya terhapus oleh ingatan buruk di akhir perjalanan. Apalagi sebenarnya yang dijual juga enak-enak dan oleh-olehnya juga menarik. Pasti akan lebih laris jika pengunjung tidak kecapekan.
Semoga pengelola pusat souvenir kawah Sikidang mau berbenah diri. Kalau nggak mau? Semoga dinas terkait mengganti pengelolanya.
Bakal Buntu, Dieng Kulon, Kec. Batur, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah 53456
Btw belum pernah ke Dieng, semoga nanti bisa ke sana, menikmati cantiknya alam di sana :)
Alamnya indaahhh bgt. Pengin kulineran endeus juga d sana bareng kluarga
Tapi agak mengkhawatirkan dengan pelayanan kesehatannya yaa.. Karena sesak itu bisa muncul kapan saja. Semoga aman-aman saat berwisata ke manapun.
Dan ada baiknya memang berjaga-jaga menyimpan nomer yang bisa dihubungi untuk pertolongan pertama.
Btw soal tempat penjual souvenir, aku bukan yang termasuk pemburu banget. Kalau kurang nyaman, ya otw pulang aja
Btw soal tempat penjual souvenir, aku bukan yang termasuk pemburu banget. Kalau kurang nyaman, ya otw pulang aja