Naik Bus Wisata Werkudara Keliling Solo



Pengalaman naik bus wisata Werkudara keliling Solo ini sudah lama sekali terjadi tapi baru posting sekarang karena menemukan brosurnya. Saya memang sedang bersih-bersih brosur dan memindahkan semua informasinya di blog ini sebelum brosur-brosur tersebut saya gusur.

Saat itu saya berada di Solo untuk mengikuti acara ASEAN Blogger. Bus Werkudara merupakan bagian dari acara, yang disediakan pemkot Surakarta untuk menjamu para peserta. Saya dan teman-teman diantar jemput di Hotel Sahid Jaya oleh bus tersebut, jadi tidak melalui jalur umum.


Waktu yang dijadwalkan bagi kami adalah malam hari karena siang hari banyak jadwal seminar yang harus kami ikuti. Perjalanan malam itu menguntungkan karena kami bisa duduk di tingkat atas yang terbuka tanpa kepanasan. Hanya saja saya jadi tidak bisa melihat dengan jelas kemana saja kami melintas.

Werkudara adalah nama tokoh pewayangan yang juga dikenal sebagai Bima. Diantara Pandawa dalam Mahabharata, Werkudara digambarkan paling besar dan kuat. Mungkin itu paling cocok untuk menggambarkan bus wisata yang besar dan kuat ini.


Sepanjang perjalanan benar-benar seru karena kami bisa memiliki seluruh bus. Yang perlu diperhatikan adalah ranting-ranting pohon yang menjulur ke jalan dan tidak kelihatan karena malam hari. Jangan sampai ranting pohon nampol muka. Meski begitu, menghindari ranting menjadi atraksi yang penuh tawa.

Yang menarik adalah ketika melewati semacam alun-alun. Banyak sekali odong-odong berlampu warna warni yang menarik. Kami malah dadah-dadah seperti uara olimpiade sedang diarak. Ketika melewati daerah yang agak sepi, mbak guide memberikan tebak-tebakan dengan hukuman karaoke dangdut bagi yang salah. Seru banget!


Meski sebelumnya dibayari, tapi ketika saya ke Solo lagi, berhasil mendapatkan brosur cara naik bus Werkudara tersebut. Sayang, waktu itu saya belum berkesempatan untuk naik lagi. Semoga informasi ini bermanfaat, ya.

Post a Comment

2 Comments

  1. Wah ini pasti seru sekali, saya juga belum pernah naik bus yang dua tingkat, kebanyakan saya naik bus yg satu tingkat.

    ReplyDelete
  2. Seruuu.. pengen juga dadah-dadah dari bis tingkat hehe..

    Jadi ingat waktu saya kecil usia SD (mungkin awal 80-an), di Semarang ada bis tingkat juga. Saat itu bapak mengajak saya dan adik pergi ke rumah Budhenya bapak di Krapyak. Kemudian naik bis tingkat dan duduk di atas.

    Tetapi ternyata saya pusing, karena bentar-bentar berhenti untuk menaikkan penumpang dan ngeremnya itu yang bikin saya pusing. Lagipula jalannya pelan kayak keong dan udara siang panas sekali.

    Sebelum sampai saya sudah gelisah dan perut mual. Akhirnya saya bilang ke bapak mau muntah, dan kami turun disekitar Simpang Lima.

    Begitu kaki ini menyentuh tanah langsung deh muntah-muntah dipinggir jalan. Dan perjalanan dilanjutkan menggunakan angkot :)

    Sejak itu kapok nggak mau naik bis tingkat lagi hihi..

    Tapi sekarang justru penasaran pengen nyoba naik kalau ada, kira-kira masih mabok nggak yaa??

    ReplyDelete

Thank you for your comment. It will appear soon.